Home Artikel Morowali, Tumbal Oligarki Negeriku, Bagaimana Sulawesi Tenggara

Morowali, Tumbal Oligarki Negeriku, Bagaimana Sulawesi Tenggara

Abdul Razak Arsyad, SH. Ketua PWI Parepare-Barru, yang juga mahasiswa Pascasarjana IAS.

Oleh : A. R. Arsyad, SH. (Mahasiswa Pascasarjana Institut Andi Sapada)

PAREPARE, SUARA AJATAPPARENG — Negeriku, adalah negeri yang indah dan kaya dengan alamnya, kekayaan dimiliki terbentang dari Sabang sampai Meroke. Keprihatinanku membuat jari-jari ini menari diatas Tuts Androidku. Rabu, 18 Januari 2023.

Namun bercermin dari Kekayaan alam di Pegunungan Bintang, Keerom, Nabire, Dogiyai, Mimika dan Paniai yang terlanjur telah dikelola dan dikuasai oleh Perusahaan luar Negeri ini, namun yang bekerja lebih Dominan anak negeri ini.

Apakah pemimpin negeriku tidak mempelajari ini, justru memperparah keadaan negeri ini? Memasukkan inpestor ke Negeri ini, dan merekrut tenaga kerja luar, sementara warga Indonesia sendiri dibuat penonton.

Mengutip cemohan dari SEKJEND LIDIK PRO, “Kasus kerusuhan di morowali adalah kasus yang wajib hukumnya pemerintah, tindak lanjuti lemahnya pengawasan terhadap pekerja asing yang membuat morowali jadi ladang subur terhadap pekerja asing untuk melengang lenggok dengan leluasa.”

Dengan kebebasan ini tentu sangat melukai hati anak bangsa dan pekerja pribumi yang diperlakukan tidak adil dimana perusahaan tempat pencari kerja yang didominasi oleh mayoritas pekerja asing dari tiongkok, cina, dll.

Hal ini lah yang membuat pekerja lokal mendapat perlakuan tidak adil, rasa berkuasa atas perusahaan asing yang justru menimbulkan ketimpangan status sosial pekerja lokal menjadi rendah sekalipun pekerja lokal memilikih skill jauh dari pekerja asing tersebut, olehnya itu saya berharap pemerintah republik Indonesia dalam hal ini kementrian tenaga kerja, imigrasi, dan kepolisian harus punya nyali menangkap dan memenjarakan para pekerja asing yang tidak sesuai JOB, tidak memilih dokumen lengkap penempatan kerja di Indonesia, pemerintah harus berani mengambil sikap keras dalam menerimah pekerja Asing dia harus bisa berbahasa indonesia, atau inggris ssbagai pmi indo esia harus bisa bahsa mandarin baru menjadi pekerja luar negeri, kejepang harus bisa bahasa Jepang menempati Job pekerjaan harus sesuai keahlian, pemerintah harus memberikan kenyamatan dan keamanan bagi pekeeja lokal pribumi dan menjamin kesejahteraan sebagai pemilik aset bumi indonesia yang kita cintai ini, negara Malaysia dan negara lain pekerja migran indonesia yang tidak memilikih dokumen PATI jika dimalaysia ditangkap dipenjarakan di cambuk, aneh juga negeriku ini pekerja Asing seperri pemilik negri yang datang berkuasa dan menikmati kekayaan Alam Kita. Olehnya saya mengecam keras prilaku tidak memhormati yang dilakukan pekerja asing terhadap pekerja indonesia sebagai pemilik tanah air dan pewaris kekayaan alam indonesia mengutuk keras dan meminta pemerintah Indonesia memulangkan pekerja Asing yang terlibak kerusuhan di morowali dan selanjutnya mencabut Ijin GNI sebagai penyedia kerja yang tidak adil dalam melakukan rekrutmen tenaga kerja.

Haruskah kita harus tutup mata, telinga dan kehilangan rasa patriotisme, melihat negeri kita mulai dijajah dengan oleh bangsa lain, setelah Belanda 350 tahun, Jepang 3,5 tahun, saat ini China mulai berusaha menguasai negeriku, melalui Oligarki negeri ini.

Penulis berharap, Penguasa sadar dengan Kebijakannya, milikilah perasaan Patriot untuk negerimu, jangan karena Dinastimu dan perutmu saja yang terpikir olehmu, pikirlah negeri ini! (**).

Previous articleWujudkan Program Pemkot, PAM Tirta Karajae Berinovasi guna Penuhi Kebutuhan Air Bersih
Next articleDirektur RSUD Andi Makkasau Buka Pelatihan Pengelolaan Etik Rumah Sakit

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here