
PAREPARE, SUARA AJATAPPARENG – Lembaga pemeringkatan Universitas Indonesia (UI) GreenMetric kembali merilis daftar 10 kabupaten/kota paling berkelanjutan di Indonesia melalui UI GreenCityMetric Rankings 2024. Kota Parepare berhasil masuk dalam jajaran 10 besar.
Penilaian pemeringkatan ini didasarkan pada enam indikator utama, yakni penataan ruang dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, pengelolaan sampah dan limbah, pengelolaan air, akses dan mobilitas, serta tata kelola pemerintahan.
Dari enam aspek tersebut, Kota Parepare meraih skor sebesar 6.115 poin. Parepare menjadi satu-satunya kota di Pulau Sulawesi yang masuk dalam peringkat tersebut. Sementara itu, Kota Kediri mempertahankan posisi teratas dengan skor 7.570.
Penjabat (Pj) Wali Kota Parepare, Abdul Hayat Gani, menyampaikan apresiasinya kepada UI GreenMetric atas penilaian yang positif. Ia menyebutkan bahwa capaian Parepare merupakan hasil kerja sama dan kolaborasi dari berbagai pihak.
“Kita patut bersyukur karena Parepare masuk dalam deretan kota paling berkelanjutan. Alhamdulillah, Parepare berhasil menembus 10 besar dan menjadi satu-satunya wakil dari Sulawesi,” ungkapnya.
Ia juga berpesan kepada seluruh jajaran Pemerintah Kota agar terus mempertahankan capaian ini. Hayat mendorong seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk bekerja secara terintegrasi dan menyusun perencanaan yang matang demi mewujudkan kota yang lebih berkelanjutan.
“Harapan kita tentu bisa mempertahankan bahkan meningkatkan capaian ini. Saya yakin kita dapat mewujudkannya bersama-sama,” ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Bappeda Parepare, Zulkarnaen, mengungkapkan bahwa Parepare telah dua kali meraih predikat kota berkelanjutan. Pertama, pada tahun 2022, Parepare menduduki peringkat keempat dalam bidang pengelolaan energi terbarukan.
“Pada tahun 2024, tepatnya 8 Oktober, Parepare kembali meraih predikat kota berkelanjutan melalui UI GreenCityMetric dengan menempati peringkat ke-11 secara nasional di bidang pengelolaan limbah dan sampah,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penilaian ini berlangsung sangat kompetitif di antara berbagai daerah karena dilakukan oleh tim independen yang terdiri dari Bappenas, lembaga pemerhati lingkungan di tingkat pusat, serta akademisi dari Universitas Indonesia.(*Frn)